1.Apakah
perbedaan antara besi dan baja ?
Ø Perbedaan yang terdapat antara besi dan
baja adalah banyaknya kandungan unsur karbon
yang tersusun pada besi dan baja. Pada besi, unsur karbonnya lebih banyak
daripada unsur karbon pada baja.
No.
|
BESI
|
BAJA
|
1.
|
Kandungan (C) karbon pada
Besi tuang, besi tuang maleable, pig iron mengandung jumlah karbon
sekitar , 2 %
Sampai 4%
Tetapi ada juga
besi yang tidak mengandung karbon yaitu ,
white-heart
malleable iron.
|
Kandungan (C) karbon pada Baja
0,04 % Sampai 2,0 %
|
2.
|
Mempunyai sifat brittle (sifat getas) yang tinggi karena
kadar karbon yang tinggi
|
|
3.
|
Proses pengelolahan besi relatif murah
|
Proses pengelolahan baja relatif lebih mahal
|
2. Bila
dilihat pada diagram besi karbon, berapa kandungan maksimum Ferrit pada suhu
kamar?
Gambar Diagram Near Equilibrium Ferrite-Cementid (Fe-Fe3C)
Keterangan gambar :
Dari diagram diatas
dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan perubahan –
perubahan pada struktur kristal dan struktur mikro sangat bergantung pada
komposisi kimia.
· Pada kandungan karbon mencapai 6.67%
terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada
garis vertical paling kanan).
· Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan
sangat getas
· Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan
karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
· Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur
mikro yang terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan
titik Eutectoid.
· Pada baja dengan kandungan karbon rendah
sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran
antara ferit dan perlit.
· Pada baja dengan kandungan titik eutectoid
sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara
perlit dan sementit.
· Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja
dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu
menjadi struktur mikro Austenit.
· Pada baja dengan kadar karbon yang lebih
tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung
dari leleh menjadi Austenit.
Penekanan terletak
pada Struktur mikro, garis-garis dan Kandungan Carbon.
a. Kandungan Carbon
0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature kamar
0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature 723
0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature kamar
0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature 723
b. Derajat Celcius
0,83%C = Titik Eutectoid
2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada temperature 1130 Derajat Celcius
4,3%C = Titik Eutectic
0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493 Derajat Celcius
0,83%C = Titik Eutectoid
2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada temperature 1130 Derajat Celcius
4,3%C = Titik Eutectic
0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493 Derajat Celcius
c. Garis-garis
Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan (pembekuan).
Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan (pendinginan).
Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara fasa padat denga fasa padat atau solid solution dengan solid solution.
Garis Acm = garis kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite)
Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi Autenite (Gamma) pada pemanasan.
Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma) menjadi Ferrit pada pendinginan.
Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Cementid.
Garis A2 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Ferrite.
Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan (pembekuan).
Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan (pendinginan).
Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara fasa padat denga fasa padat atau solid solution dengan solid solution.
Garis Acm = garis kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite)
Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi Autenite (Gamma) pada pemanasan.
Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma) menjadi Ferrit pada pendinginan.
Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Cementid.
Garis A2 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Ferrite.
d. Struktur mikro
Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.
Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).
Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic.
Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 1130 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 4,3%C.
Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 0,83%C.
Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.
Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).
Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic.
Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 1130 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 4,3%C.
Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 0,83%C.
3. Beri penjelasan tentang struktur atom logam FCC,BCC
dan martensite
Gambar.FCC
(face-centred cubic)
Ø FCC (face-centred cubic) merupakan salah
satu sel satuan kubus logam
Yang spesifikasinya sebagai berikut :
o
Jumlah
Atomnya = 4 Atom
induk
o
Jumlah
atom terdekat yang menyentuhnya (Bilangan koordinasi) = 12 atom
o
Atomic
Packing Factor (APF) = 0,74
o
Panjang
Kisinya (a) = 2R√2
Gambar . BCC (body-centred cubic)
Ø BCC (body-centred cubic) merupakan salah
satu sel satuan kubus logam
Yang spesifikasinya sebagai
berikut :
o
Jumlah
Atomnya = 2 Atom induk
o
Jumlah
atom terdekat yang menyentuhnya (Bilangan koordinasi) = 8 atom
o
Atomic
Packing Factor (APF) = 0,68
o
Panjang
Kisinya (a) = 4R√3
Ø Martensite merupakan
salah satu metode penguatan struktur atom pada logam yang terjadi ketika
material baja yang memiliki kadar karbon yang relatif tinggi dan kemudian
dilakukan proses quenching atau Pendinginan secara tiba-tiba kedalam media yang
laju pendinginannya cepat seperti air .Baja yang dipanaskan hingga suhu
austensit ditahan ( Holding Time ) lalu di celiupkan ke dalam air . selama
proses ini terjadi transformasi fasa dari γ (austensit) yang FCC menjadi
martensit BCT dengan mekanisme geser .
Fasa martensit ini mempunyai sifat keras dan Getas , sehingga untuk
mengurang sifat getasnya dilakukan proses temper , karena fasa yang keras ini
akan meghambat gerakan dislokasi .
4. Bagaimana hubungan antara struktur atom logam dengan
bidang slip dan sifat mekanik logam ?
Ø
Bidang slip adalah Atom-atom logam yang tersusun
secara teratur mengikuti pola geometris yang tertentu. Adanya tegangan geser
yang cukup besar, maka atom akan bergeser dan berpindah serta menempati
posisinya yang baru. Bidang-bidang atom yang jaraknay berjauhan adalah yang
kerapatan atomnya tinggi. Maka, bidang slip adalah bidang yang rapat atomnya
tinggi. Pergeseran atom-atom ini juga mempunyai arah, yang disebut arah slip.
Ø
Hubungan antara deformasi dengan teori
dislokasi.
Dislokasi yaitu, cacat bidang atau cata garis yang mempermudah terjadinya slip. Dengan demikian adanya dislokasi akan menurunkan kekuatan logam. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser. Dislokasi yang mencapai permukaan luar dapat diartikan menimbulakan suatu deformasi, dalam skala mikroskopis. Dislokasi dibedaka atas 2 jenis, secara model ekstrem :
1. dislokasi sisi, (garis dislokasi tegak lurus terhadap vektor slipnya, dan arah gerakan dislokasi searah dengan vektor Burgernya).
2. dislokasi ulir, (garis dislokasi searah dengan vektor Burger, arah gerakan dislokasi tegak lurus terhadap vektor Burger).
Pengaruh pengerjaan dingin terhadap
sifat logam adalah, deformasi akan menyebabkan naiknya kekerasan, naiknya
kekuatan, tatapi disertai dengan turunyanya keuletan. Untuk mengembalikan logam
kesifat semula (lunak dan ulet) perlu dilakukan proses pemanasan terhadap benda
kerja yang telah mengalami pengerjaan dingin.Dislokasi yaitu, cacat bidang atau cata garis yang mempermudah terjadinya slip. Dengan demikian adanya dislokasi akan menurunkan kekuatan logam. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser. Dislokasi yang mencapai permukaan luar dapat diartikan menimbulakan suatu deformasi, dalam skala mikroskopis. Dislokasi dibedaka atas 2 jenis, secara model ekstrem :
1. dislokasi sisi, (garis dislokasi tegak lurus terhadap vektor slipnya, dan arah gerakan dislokasi searah dengan vektor Burgernya).
2. dislokasi ulir, (garis dislokasi searah dengan vektor Burger, arah gerakan dislokasi tegak lurus terhadap vektor Burger).
Pengaruh pemanasan setalah pegerjaan dingin, perubahan sifat akibat pemanasan tergantung pada temperatur dan waktu pemanasan. Prinsip dasarnya ialah bahawa pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami deformasi akan menurunkan kerapatan dislokasinya. Pemanasan pada daerah yang dibawah temperatur rekristalisasai akan menyebabkan dua hal :
1.
Terjadinya gerakan dislokasi difusi yang disebut
gerakan memanjat (climb).
2.
Pengaturan
kembali susunan dislokasi yang tadinya kurang teratur menajdi lebih teratur. Peristiwa ini disebut
poligonisasi.
5. Beri penjelasan sepanjang
yang anda ketahui tentang : Ferrit,Austenit,
Pearlite,
dan cementite ?
· Ferrite
adalah, suatu komposisi logam yang
mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat
Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar
mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.dan Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body
centered cubic) Ferrite dalam
keadaan setimbang dapat ditemukan pada temperaturruang, yaitu alpha-ferrite atau pada
temperatur tinggi, yaitu delta-ferrite.Secara umum fase ini
bersifat lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik(magnetic) hingga temperatur
tertentu, yaitu Tcurie.Kelarutan karbon di dalamfase ini relatif lebih kecil
dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam faselarutan padat lain di dalam
baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur ruang,kelarutan karbon di dalam
alpha-ferrite hanyalah sekitar 0,05%.Berbagai jenis baja dan besi tuang dibuat
dengan mengeksploitasi sifat-sifatferrite. Baja lembaran berkadar karbon rendah
dengan fase tunggal ferrite misalnya, banyak diproduksi untuk proses
pembentukan logam lembaran.Dewasa ini bahkan telah dikembangkan baja berkadar
karbon ultra rendah untuk karakteristik mampu bentuk yang lebih baik. Kenaikan
kadar karbon secara umum akan meningkatkan sifat-sifat mekanik ferrite
sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Untuk paduan baja dengan fase tunggal
ferrite, factor lain yang berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat mekanik
adalah ukuran butir.
·
Austenite adalah, suatu larutan padat yang mempunyai
batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius,
struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic),dan
Fase Austenite memiliki struktur atom FCC (Face Centered Cubic). Dalam keadaan setimbang fase Austenite ditemukan pada temperatur tinggi. Fase ini
bersifat non magnetik dan ulet (ductile)
pada temperatur tinggi. Kelarutan atom karbon di dalam larutan padat Austenite
lebih besar jika dibandingkan dengan kelarutan atom karbon pada fase Ferrite. Secara geometri, dapat dihitung perbandingan besarnya ruang
intertisi di dalam fase Austenite (atau kristal
FCC) dan fase Ferrite (atau kristal BCC).
Perbedaan ini dapat digunakan untuk
menjelaskan fenomena transformasi fase pada saat pendinginan.
·
Cementid
adalah, suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan
perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic.
Cementite atau carbide dalam sistem paduan berbasis besi adalah stoichiometric
inter-metallic compund Fe3C yang keras (hard)
dan getas(brittle). Nama cementite berasal dari
kata caementum yang berarti stone
chip atau lempengan batu. Cementite sebenarnya dapat terurai menjadi bentuk yang lebih
stabil yaitu Fe dan C sehingga sering disebut sebagai fase metastabil. Namun,
untuk keperluan praktis, fase ini dapat dianggap sebagai fase stabil. Cementite
sangat penting perannya di dalam membentuk
sifat-sifat mekanik akhir baja. Cementite dapat
berada di dalam sistem besi baja dalam berbagai bentuk seperti: bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite), atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk,
ukuran, dan distribusi karbon dapat direkayasa melalui siklus pemanasan dan
pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida, dikenal sebagai lintasan Ferrite rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah parameter penting yang dapat menjelaskan
variasi sifat-sifat besi baja. Variasi sifat luluh baja diketahui berbanding
lurus dengan logaritmik lintasan ferrite rata-rata.
·
Pearlite
adalah, campuran Eutectoid antara
Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius
dengan kandungan Carbon 0,83%C.
6. Apakah pengaruh unsur pemadu berikut terhadap baja ?
·
Chromium
·
Nikel
·
Carbon
·
Mangan
·
Molybdenum
A.Chromium
Chromium memiliki sifat yang
keras serta tahan terhadap korosi jika digunakan
sebagai unsur paduan
pada baja dan besi tuang dan dengan penambahan unsur Nickel
maka
akan diperoleh sifat baja yang keras dan tahan panas (Heat
resistance-Alloy),
dan memiliki pengaruh yaitu meningkatkan
kekuatan dengan membentuk fase kedua
karbida.
B.Nikel
Nikel memiliki sifat mampu tempa, mampu mesin dengan
pemotong HSS. Dapat dikerjakan dengan Cupping, Drawing, Spining,
Swaging, Bending, dan Forming. Penyambungan dapat dilakukan dengan
pengelasan, penyolderan, Brazing dan Welding.
Nikel memiliki sifat ketahanan korosi dalam jumlah kecil selain
itu juga nikel memiliki pengaruh
toughnes, menurunkan suhu dan dikenal sebagai unsur menstabilkan austenit.
Nikel
dapat mempertahankan sifatnya pada temepratur tinggi. Oleh karena
itu Nikel banyak digunakan sebagai pelapis dasar sebelum
pelapisan dengan Chromium, dimana Nickel dapat memberikan
perlindungan terhadap berbagi pengaruh gangguan korosi pada baja atau
logam logam lainnya.
C.Carbon
Carbon merupakan unsur yang penting
karena mempengaruhi persentase jumlah grafit dan karbida. Semakin tinggi jumlah
karbon (C) pada logam akan meningkatkan jumlah grafit dan kecendrungan untuk
membentuk karbida semakin besar. Komposisi euktik dinyatakan dalam bentuk
karbon equivalen (CE). Maka meningkatkan kekuatan tarik tetapi juga ada efek
kecil terhadap kekerasan dan elongasi.
D. Mangan
Mangan dapat meningkatkan kekerasan . mangan juga sangat berpengaruh
terhadap kadar sulphur (S). Tanpa Mn , sulphur membentuk FeS dibatas butir
selama pembekuan .Dengan mangan , Mn akan mengikat S menjadi MnS yang
terdistribusi pada seluruh struktur atom mikro .Sehingga Jumlah ferrit yang
bebas akan maksimum dan kekerasan akan minimum. Kelebihan Mn dari kondisi
seimbang akan menyebabkan terjadinya struktur ferrit dan menaikan kekerasan dan
kekuatan.
E.Molybdenum
Molybdenum memiliki
pengaruh yaitu membantu untuk
melawan embrittlement, Stabil karbida; menghambat pertumbuhan butir, dengan
titik Cair 26200 ˚C. Terdapat dalam bentuk Sulphide serta berbagai Oxid
pada berbagai jenis Logam.Molybdenum (Mo) digunakan sebagai unsur paduan pada
baja dan Besi Tuang (Cast Iron).
7. Beri
penjelasan sepanjang yang anda ketahui tentang :
·
Annealing
·
Carburizing
·
Quenching
·
Tempering
Ø
Annealing
Annealing merupakan suatu proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur , memperbaiki ukuran butir serta untuk memperbaiki machinibility (mampu mesin) pada logam dengan tujuan utama dari proses ini adalah softening baja . pengerjaan annealing ini dilakukan dengan cara memanaskan logam baja hingga di atas temperatur trasnformasi (723°C) bertujuan untuk mengubah ke fasa austenit kemudian didinginkan secara perlahan-lahan (pendinginan tungku).
Annealing merupakan suatu proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur , memperbaiki ukuran butir serta untuk memperbaiki machinibility (mampu mesin) pada logam dengan tujuan utama dari proses ini adalah softening baja . pengerjaan annealing ini dilakukan dengan cara memanaskan logam baja hingga di atas temperatur trasnformasi (723°C) bertujuan untuk mengubah ke fasa austenit kemudian didinginkan secara perlahan-lahan (pendinginan tungku).
Tahap proses annealing sebagai
berikut :
o
Pemanasan sampai temperature ( 900°C ). Waktu
pemanasan tergantung komposisi kimia dan tebal penampang atau minimal 2 jam
o
Kemudian diturunkan sampai temperature 700°C dan
ditahan pada temperature tersebut dengan waktu minimal 5 jam.
o
Penurunan ke temperature kamar dapat dilakukan
dengan berbagai cara , yaitu :
ü
Pendinginan dalam tungku
ü
Pendinginan udara (normalizing)
ü
Dari temperature 700° C diturunkan sampai 480° C
kemudian diikuti pendinginan udara atau tungku
Baja yang dalam proses pengerjaannya mengalami pemanasan sampai
temperature
yang terlalu tinggi ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama
biasanya
butiran kristal austenitenya akan terlalu kasar dan bila didinginkan
dengan
lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat
mekaniknya
(akan lebih getas). Untuk baja hypereutectoid,annealing merupakan
persiapan
untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.
Ø Carburizing
Carburizing adalah salah
satu proses perlakuan panas dan penambahan unsure karbon (C). proses di mana
besi atau baja dipanaskan di hadapan materi lain (di kisaran 900-950 ° C (1.650
sampai 1.740 ° F)) yang membebaskan karbon seperti decomposes Tergantung pada
jumlah waktu dan suhu, daerah yang terkena dapat bervariasi dalam kadar karbon.
kandungan karbon lebih tinggi pada permukaan luar menjadi keras melalui
transformasi dari austenit
ke martensit
, sedangkan inti tetap lunak dan keras sebagai feritik dan / atau perlit
mikro
.
Ø Quenching
Quenching merupakan proses Perlakuan baja yang dilakukan dengan memanaskan
baja hingga fasa menjadi austenit dan didinginkan secara cepat (lihat diagram
CCT baja karbon rendah). Media pendinginan cepat seperti air, oli, garam ,
timah cair atau media pendingin lainnya dengan suhu sampai 243 °C (470° F).
Tujuan utama perlakuan ini untuk meningkatkan kekerasan baja.
Ø Tempering
Proses tempering adalah proses
transformasi dekomposisi austensit isothermal pada temperatur antara 230° C-
540° C, yaitu pada temperatur pembentukan antara pearlit dan mautensit.
Perlakuan pemanasan kembali
logam baja yang telah dikeraskan (quenching) dengan pencelupan cepat. Suhu
pemanasan adalah agak rendah dibawah suhu transformasi eutectoid (lihat diagram
fasa biner Fe-C). Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan logam sehingga
keuletan (ductility) logam akan naik. Beberapa variabel penting dalam perlakuan temper adalah temperatur, waktu
pemanasan dan lain-lain.
berikut langkah – langkah proses tempering :
berikut langkah – langkah proses tempering :
1. Pemanasan logam nodular sampai temperatur
austensi , yaitu sekitar 815-927 °C.
2. Menalian temperatur tersebut sampai ± 2
jam.
3. Melakukan quenching secara cepat untuk
menghindari terbentuknya martensite sampai temperatur 232 - 400°C.
4. Menahan temperatur untuk menghasilkan
bainit.
5. Pendinginan udara pada temperatur kamar
No comments:
Post a Comment