Search This Blog

Monday, 21 July 2014

Diagram Fasa Fe-Fe3c

Diagram fasa fe-fe3c
Diagram Fe-Fe3C adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dan kandungan karbon (%C) selama pemanasan lambat. Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh informasi-informasi penting yaitu antara lain :
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan pendinginan lambat.
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe -C bila dilakukan pendinginan lambat.
3.Temperatur cair dari masing-masing paduan.
4.Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa tertentu.
5.Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi.

Gambar 1. Kurva pendinginan besi murni
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi. Sifat allotropi yang dimiliki besi sendiri ada 3, yaitu :
• Delta iron (δ) mampu melarutkan karbon max 0,1% pada 1500° C
• Gamma iron (γ) mampu melarutkan karbon max 2 % pada 1130° C
• Alpha iron (α) mampu melarutkan karbon max 0,025% pada 723° C

Transformasi allotropik yang pada besi, Fe(δ) Æ Fe(γ) Æ Fe(α) terjadi secara difusi
sehingga membutuhkan waktu tertentu pada temperatur konstan Æ karena reaksi
mengeluarkan panas laten.
Diagram Fase Besi – Karbon
Dalam kondisi cair karbon dapat larut dalam besi. Dalam kondisi padat besi dan
karbon dapat membentuk :
• Larutan padat (solid solution)
• Senyawa interstitial (interstitial compound)
• Eutectic mixture : campuran antara austenite (γ) dan cementite (Fe3C)
• Eutectoid mixture : campuran antara ferrite (α) dan cementite (Fe3C)
• Grafit : karbon bebas, tidak membentuk larutan padat ataupun tidak berikatan
membentuk senyawa dengan Fe.
Struktur-struktur yang ada pada diagram fase besi – karbida besi :
Cementite :
– Interstitial compound
– Karbida besi (Fe3C)
– Keras dang etas
– Kekuatan tarik rendah

– Kekuatan tekan tinggi
– Struktur kristal orthorhombic
– Struktur paling keras pada diagram Fe-Fe3C

Austenite (γ)
– Interstitial solid solution; larutan padat karbon dalam besi γ
– Struktur kristal FCC (face centered cubic, kubus pemusatan bidang)
– Kelarutan karbon max 2 % pada temperatur 1130 C
– Tensile strength 1050 kg/cm2
– Tangguh
– Biasanya tidak stabil pada temperatur kamar

Ledeburite
– eutectic mixture (γ+Fe3C)
– Campuran terdiri dari austenite dan cementite
– Mengandung 4,3 % berat karbon
– Terbentuk pada temperatur 1130 C (2065 F)

Ferrite (α)
– Interstitial solid solution
– Larutan padat karbon dalam besi α
– Pada temperatur 723 C, batas kelarutan karbon 0,025 %
– Pada temperatur kamar, batas kelarutan karbon 0,008 %
– Pada temperatur 1492 C, batas kelarutan karbon 0,1 %
– Tensile strength rendah
– Keuletan tinggi
– Kekerasan < 90 HRB
– Struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C

Pearlite
– Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C)
– Terjadi pada temperatur 723 C
– Mengandung 0,8 % karbon




Garis-garis penting dalam diagram Fe-Fe3C
1. Upper critical temperature (temperatur kritis atas), A3 : temperatur perubahan
allotropi
2. Lower critical temperature (temperatur kritis bawah), A1 : temperatur reaksi
eutectoid
3. Solvus line Acm : menunjukkan bats kelarutan karbon dalam austenite



Diagram fasa Fe – Fe3C

Reaksi-reaksi yang terjadi pada diagram Fe – Fe3C
• Reaksi Peritectic pada temperatur :
S + L ↔ S1
δ + L ↔ γ

• Reaksi Eutectic pada temperatur 1130 C :
L ↔ S1 + S2
L ↔ γ + Fe3C (ledeburite)

• Reaksi Eutectoid pada temperatur 723 C :
S ↔ S1 + S2
γ ↔ α + Fe3C (pearlite)


Prinsip Kerja Motor Diesel

Mesin Diesel pertama kali ditemukan oleh Rudolf Diesel pada tahun 1893. Sebelum adanya mesin diesel sudah ditemukan terlebih dahulu motor bakar yang beroperasi dengan bahan bakar murah yang ditemukan oleh Meltz dan Weiss. Mesin tersebut mengubah panas menjadi energi mekanik, disertai tekanan udara murni dalam silinder. Pada mesin diesel, udara didalam silinder dikompresikan hingga menjadi panas. Bahan bakar diesel yang terbentuk kabut kemudian disemprotkan ke dalam silinder. Oleh karena itu, perbandingan kompresi mesin diesel dibuat (15:1-22:1) lebih tinggi daripada bensin.


Gambar1. Contoh Mesin Diesel

Keuntungan mesin diesel
·         Mempunyai efisiensi panas yang lebih besar, penggunaan bahan bakar lebih ekonomis
·         Lebih tahan lama dan tidak memerlukan elektrik igniter
·         Momen tidak berubah pada rentang tingkat kecepatan yang luas
Kerugian mesin diesel
·         Tekanan pembakaran maksimum hampir dua kali mesin bensin, suara dan getaran mesin diesel lebih besar karena tekanan pembakaran yang tinggi dan harus mempunyai struktur yang kuat, jauh lebih berat dan biaya pembuatan lebih mahal
·         Memerlukan sistem injeksi yang presisi
·         Mempunyai kompresi yang tinggi dan membutuhkan gaya yang lebih besar untuk memutarnya, perlu motor starter dan battery dengan kapasitas yang lebih besar.
Prinsip kerja motor diesel

Gambar.2. Prinsip Kerja Motor Diesel

Proses kerja dari sebuah motor diesel terbagi menjadi 4 proses, yaitu :
a.       Intake stroke
Pada langkah hisap, udara dimasukkan ke dalam silinder. Piston membentuk kevakuman di dalam silinder. Piston bergerak ke bawah dari titik mati atas ke titik mati bawah. Katub hisap terbuka selama langkah ini dan katub buang tertutup.
b.      Compression stroke
Udara yang dihisap ke dalam silinder kemudian dimampatkan, posisi kedua katub baik katub hisap maupun katub buang tertutup, sehingga suhunya naik.
c.       Langkah kerja (power stroke)
Pada akhir langkah kompresi, bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar. Posisi kedua katub masih tertutup, karena suhu tinggi dari udara yang dimampatkan tadi maka bahan bakar akan terbakar. Suhunya semakin tinggi diikuti dengan tekanan yang tinggi sehingga mendorong piston menuju titik mati bawah.
d.      Langkah buang (exhaust stroke)

Setelah sampa di titik mati bawah, piston bergerak naik menuju titik mati bawah dan katub buang terbuka, sehingga sisa gas hasil pembakaran dibuang keluar. Proses ini terjadi secara berulang-ulang sehingga dihasilkan putaran yang kontinu

Friday, 18 July 2014

BESI DAN BAJA



1.Apakah perbedaan antara besi dan baja ?

Ø  Perbedaan yang terdapat antara besi dan baja adalah banyaknya kandungan unsur   karbon yang tersusun pada besi dan baja. Pada besi, unsur karbonnya lebih banyak daripada unsur karbon pada baja.





 
No.


BESI


BAJA


1.









Kandungan (C) karbon pada  Besi tuang, besi tuang maleable, pig iron mengandung jumlah karbon sekitar  ,  2 %  Sampai 4%

 Tetapi ada juga besi yang tidak mengandung karbon yaitu ,
white-heart  malleable iron.


Kandungan (C) karbon pada Baja
 0,04 %  Sampai 2,0 %

        






2.


Mempunyai sifat brittle (sifat getas) yang tinggi karena kadar karbon yang tinggi
        

Dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength)


3.





Proses pengelolahan besi relatif murah

Proses pengelolahan baja relatif lebih mahal





2. Bila dilihat pada diagram besi karbon, berapa kandungan maksimum Ferrit pada suhu kamar?


Gambar Diagram Near Equilibrium Ferrite-Cementid (Fe-Fe3C)
Gambar Diagram Near Equilibrium Ferrite-Cementid (Fe-Fe3C)
Keterangan gambar :
Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses    pendinginan perubahan – perubahan pada struktur kristal dan  struktur mikro sangat bergantung pada komposisi kimia.
· Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
· Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas
· Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu kamar terbentuk struktur mikro ferit.
· Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit, kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.
· Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.
· Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.
· Pada saat pendinginan dari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro Austenit.
· Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi Austenit.
Penekanan terletak pada Struktur mikro, garis-garis dan Kandungan Carbon.
a. Kandungan Carbon
0,008%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature kamar
0,025%C = Batas kelarutan maksimum Carbon pada Ferrite pada temperature 723
b. Derajat Celcius
0,83%C = Titik Eutectoid
2%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Gamma pada temperature 1130 Derajat Celcius
4,3%C = Titik Eutectic
0,1%C = Batas kelarutan Carbon pada besi Delta pada temperature 1493 Derajat Celcius
c. Garis-garis
Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan (pembekuan).
Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan (pendinginan).
Garis Solvus ialah garis yang menunjukan batas antara fasa padat denga fasa padat atau solid solution dengan solid solution.
Garis Acm = garis kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite)
Garis A3 = garis temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi Autenite (Gamma) pada pemanasan.
Garis A1 = garis temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma) menjadi Ferrit pada pendinginan.
Garis A0 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Cementid.
Garis A2 = Garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada Ferrite.
d. Struktur mikro
Ferrite ialah suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.
Austenite ialah suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).
Cementid ialah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic.
Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 1130 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 4,3%C.
Pearlite ialah campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 0,83%C.




3. Beri penjelasan tentang struktur atom logam FCC,BCC dan martensite

























                Gambar.FCC (face-centred cubic)

Ø  FCC (face-centred cubic) merupakan salah satu sel satuan kubus logam
      Yang spesifikasinya sebagai berikut :

o   Jumlah Atomnya                         =  4 Atom induk
o   Jumlah atom terdekat yang menyentuhnya (Bilangan koordinasi) = 12 atom
o   Atomic Packing Factor (APF)    =  0,74
o   Panjang Kisinya (a)                     = 2R√2





                                        Gambar . BCC (body-centred cubic)

Ø  BCC (body-centred cubic) merupakan salah satu sel satuan kubus logam
      Yang spesifikasinya sebagai berikut :

o   Jumlah Atomnya                         =  2 Atom induk
o   Jumlah atom terdekat yang menyentuhnya (Bilangan koordinasi) = 8 atom
o   Atomic Packing Factor (APF)    =  0,68
o   Panjang Kisinya (a)                     = 4R√3
     
Ø  Martensite merupakan salah satu metode penguatan struktur atom pada logam yang terjadi ketika material baja yang memiliki kadar karbon yang relatif tinggi dan kemudian dilakukan proses quenching atau Pendinginan secara tiba-tiba kedalam media yang laju pendinginannya cepat seperti air .Baja yang dipanaskan hingga suhu austensit ditahan ( Holding Time ) lalu di celiupkan ke dalam air . selama proses ini terjadi transformasi fasa dari γ (austensit) yang FCC menjadi martensit BCT dengan mekanisme geser .
Fasa martensit ini mempunyai sifat keras dan Getas , sehingga untuk mengurang sifat getasnya dilakukan proses temper , karena fasa yang keras ini akan meghambat gerakan dislokasi .   


4. Bagaimana hubungan antara struktur atom logam dengan bidang slip dan sifat mekanik logam ?
Ø  Bidang slip adalah Atom-atom logam yang tersusun secara teratur mengikuti pola geometris yang tertentu. Adanya tegangan geser yang cukup besar, maka atom akan bergeser dan berpindah serta menempati posisinya yang baru. Bidang-bidang atom yang jaraknay berjauhan adalah yang kerapatan atomnya tinggi. Maka, bidang slip adalah bidang yang rapat atomnya tinggi. Pergeseran atom-atom ini juga mempunyai arah, yang disebut arah slip.
Ø  Hubungan antara deformasi dengan teori dislokasi.
Dislokasi yaitu, cacat bidang atau cata garis yang mempermudah terjadinya slip. Dengan demikian adanya dislokasi akan menurunkan kekuatan logam. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser. Dislokasi yang mencapai permukaan luar dapat diartikan menimbulakan suatu deformasi, dalam skala mikroskopis. Dislokasi dibedaka atas 2 jenis, secara model ekstrem :
1. dislokasi sisi, (garis dislokasi tegak lurus terhadap vektor slipnya, dan arah gerakan dislokasi searah dengan vektor Burgernya).
2. dislokasi ulir, (garis dislokasi searah dengan vektor Burger, arah gerakan dislokasi tegak lurus terhadap vektor Burger).
  Pengaruh pengerjaan dingin terhadap sifat logam adalah, deformasi akan menyebabkan naiknya kekerasan, naiknya kekuatan, tatapi disertai dengan turunyanya keuletan. Untuk mengembalikan logam kesifat semula (lunak dan ulet) perlu dilakukan proses pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami pengerjaan dingin.
Pengaruh pemanasan setalah pegerjaan dingin, perubahan sifat akibat pemanasan tergantung pada temperatur dan waktu pemanasan. Prinsip dasarnya ialah bahawa pemanasan terhadap benda kerja yang telah mengalami deformasi akan menurunkan kerapatan dislokasinya. Pemanasan pada daerah yang dibawah temperatur rekristalisasai akan menyebabkan dua hal :
1.      Terjadinya gerakan dislokasi difusi yang disebut gerakan memanjat (climb).
2.       Pengaturan kembali susunan dislokasi yang tadinya kurang teratur menajdi  lebih teratur. Peristiwa ini disebut poligonisasi.

5. Beri penjelasan sepanjang yang anda ketahui tentang :  Ferrit,Austenit, Pearlite,          
    dan cementite ?
·      Ferrite  adalah, suatu komposisi logam yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 0,025%C pada temperature 723 Derajat Celcius, struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008%C.dan Ferrite adalah fase larutan padat yang memiliki struktur BCC (body centered cubic) Ferrite dalam keadaan setimbang dapat ditemukan pada temperaturruang, yaitu alpha-ferrite atau pada temperatur tinggi, yaitu delta-ferrite.Secara umum fase ini bersifat lunak (soft), ulet (ductile), dan magnetik(magnetic) hingga temperatur tertentu, yaitu Tcurie.Kelarutan karbon di dalamfase ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon di dalam faselarutan padat lain di dalam baja, yaitu fase Austenite. Pada temperatur ruang,kelarutan karbon di dalam alpha-ferrite hanyalah sekitar 0,05%.Berbagai jenis baja dan besi tuang dibuat dengan mengeksploitasi sifat-sifatferrite. Baja lembaran berkadar karbon rendah dengan fase tunggal ferrite misalnya, banyak diproduksi untuk proses pembentukan logam lembaran.Dewasa ini bahkan telah dikembangkan baja berkadar karbon ultra rendah untuk karakteristik mampu bentuk yang lebih baik. Kenaikan kadar karbon secara umum akan meningkatkan sifat-sifat mekanik ferrite sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Untuk paduan baja dengan fase tunggal ferrite, factor lain yang berpengaruh signifikan terhadap sifat-sifat mekanik adalah ukuran butir.

·         Austenite  adalah, suatu larutan padat yang mempunyai batas maksimum kelarutan Carbon 2%C pada temperature 1130 Derajat Celcius, struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic),dan Fase Austenite memiliki struktur atom FCC (Face Centered Cubic). Dalam keadaan setimbang fase Austenite ditemukan pada temperatur tinggi. Fase ini            
             bersifat non magnetik dan ulet (ductile) pada temperatur tinggi. Kelarutan  atom karbon di dalam larutan padat Austenite lebih besar jika dibandingkan  dengan kelarutan atom karbon pada fase Ferrite. Secara geometri, dapat  dihitung perbandingan besarnya ruang intertisi di dalam fase Austenite (atau kristal FCC) dan fase Ferrite (atau kristal BCC). Perbedaan ini dapat  digunakan untuk menjelaskan fenomena transformasi fase pada saat  pendinginan.











·         Cementid   adalah, suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan struktur kristalnya Orthohombic. Cementite atau carbide dalam sistem paduan berbasis besi adalah stoichiometric inter-metallic compund Fe3C yang keras (hard) dan getas(brittle). Nama cementite berasal dari kata caementum yang berarti stone chip atau lempengan batu. Cementite sebenarnya dapat terurai menjadi bentuk yang lebih stabil yaitu Fe dan C sehingga sering disebut sebagai fase metastabil. Namun, untuk keperluan praktis, fase ini dapat dianggap sebagai fase stabil. Cementite sangat penting perannya di dalam membentuk sifat-sifat mekanik akhir baja. Cementite dapat berada di dalam sistem besi baja dalam berbagai bentuk seperti: bentuk bola (sphere), bentuk lembaran (berselang seling dengan alpha-ferrite), atau partikel-partikel carbide kecil. Bentuk, ukuran, dan distribusi karbon dapat direkayasa melalui siklus pemanasan dan pendinginan. Jarak rata-rata antar karbida, dikenal sebagai lintasan Ferrite rata-rata (Ferrite Mean Path), adalah parameter penting yang dapat menjelaskan variasi sifat-sifat besi baja. Variasi sifat luluh baja diketahui berbanding lurus dengan logaritmik lintasan ferrite rata-rata.

·         Pearlite   adalah, campuran Eutectoid antara Ferrite dengan Cementid yang dibentuk pada temperature 723 Derajat Celcius dengan kandungan Carbon 0,83%C.





6. Apakah pengaruh unsur pemadu berikut terhadap baja ?
·        Chromium
·        Nikel
·        Carbon
·        Mangan
·        Molybdenum


A.Chromium
Chromium memiliki sifat yang keras serta tahan terhadap korosi jika digunakan  
 sebagai unsur paduan pada baja dan besi tuang dan dengan penambahan unsur Nickel 
 maka akan diperoleh sifat baja yang keras dan tahan panas (Heat resistance-Alloy),
 dan memiliki pengaruh yaitu meningkatkan kekuatan dengan membentuk fase kedua  
 karbida.

B.Nikel

Nikel memiliki sifat mampu tempa, mampu mesin dengan pemotong HSS. Dapat dikerjakan dengan Cupping, Drawing, Spining, Swaging, Bending, dan Forming. Penyambungan dapat dilakukan dengan pengelasan, penyolderan, Brazing dan Welding.
Nikel memiliki sifat  ketahanan korosi dalam jumlah kecil selain itu juga  nikel memiliki pengaruh toughnes, menurunkan suhu dan dikenal sebagai unsur menstabilkan austenit.
Nikel dapat mempertahankan sifatnya pada temepratur tinggi. Oleh karena itu Nikel banyak digunakan sebagai pelapis dasar sebelum pelapisan dengan Chromium, dimana Nickel dapat memberikan perlindungan terhadap berbagi pengaruh gangguan korosi pada baja atau logam logam lainnya.

C.Carbon
 Carbon merupakan unsur yang penting karena mempengaruhi persentase jumlah grafit dan karbida. Semakin tinggi jumlah karbon (C) pada logam akan meningkatkan jumlah grafit dan kecendrungan untuk membentuk karbida semakin besar. Komposisi euktik dinyatakan dalam bentuk karbon equivalen (CE). Maka meningkatkan kekuatan tarik tetapi juga ada efek kecil terhadap kekerasan dan elongasi.

D. Mangan
Mangan dapat meningkatkan kekerasan . mangan juga sangat berpengaruh terhadap kadar sulphur (S). Tanpa Mn , sulphur membentuk FeS dibatas butir selama pembekuan .Dengan mangan , Mn akan mengikat S menjadi MnS yang terdistribusi pada seluruh struktur atom mikro .Sehingga Jumlah ferrit yang bebas akan maksimum dan kekerasan akan minimum. Kelebihan Mn dari kondisi seimbang akan menyebabkan terjadinya struktur ferrit dan menaikan kekerasan dan kekuatan.

E.Molybdenum
            Molybdenum memiliki pengaruh yaitu membantu untuk melawan embrittlement, Stabil karbida; menghambat pertumbuhan butir, dengan titik Cair 26200 ˚C. Terdapat dalam bentuk Sulphide serta berbagai Oxid pada berbagai jenis Logam.Molybdenum (Mo) digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan Besi Tuang (Cast Iron).





7. Beri penjelasan sepanjang yang anda ketahui tentang :
·        Annealing
·        Carburizing
·        Quenching
·        Tempering
       

Ø  Annealing
      Annealing merupakan suatu proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan dengan dapur , memperbaiki ukuran butir serta untuk memperbaiki machinibility (mampu mesin) pada logam dengan tujuan utama dari proses ini adalah softening baja . pengerjaan annealing ini dilakukan dengan cara memanaskan logam baja hingga di atas temperatur trasnformasi (723°C) bertujuan untuk mengubah ke fasa austenit kemudian didinginkan secara perlahan-lahan (pendinginan tungku).
Tahap proses annealing sebagai berikut :
o   Pemanasan sampai temperature ( 900°C ). Waktu pemanasan tergantung komposisi kimia dan tebal penampang atau minimal 2 jam
o   Kemudian diturunkan sampai temperature 700°C dan ditahan pada temperature tersebut dengan waktu minimal 5 jam.
o   Penurunan ke temperature kamar dapat dilakukan dengan berbagai cara , yaitu :
ü  Pendinginan dalam tungku
ü  Pendinginan udara (normalizing)
ü  Dari temperature 700° C diturunkan sampai 480° C kemudian diikuti pendinginan udara atau tungku

                       Baja yang dalam proses pengerjaannya mengalami pemanasan sampai      
               temperature yang terlalu tinggi ataupun waktu tahan (holding time) terlalu lama  
               biasanya butiran kristal austenitenya akan terlalu kasar dan bila didinginkan
               dengan lambat akan menghasilkan ferrit atau pearlite yang kasar sehingga sifat
               mekaniknya (akan lebih getas). Untuk baja hypereutectoid,annealing merupakan    
               persiapan untuk proses selanjutnya dan tidak merupakan proses akhir.

Ø Carburizing
Carburizing  adalah salah satu proses perlakuan panas dan penambahan unsure karbon (C). proses di mana besi atau baja dipanaskan di hadapan materi lain (di kisaran 900-950 ° C (1.650 sampai 1.740 ° F)) yang membebaskan karbon seperti decomposes Tergantung pada jumlah waktu dan suhu, daerah yang terkena dapat bervariasi dalam kadar karbon. kandungan karbon lebih tinggi pada permukaan luar menjadi keras melalui transformasi dari austenit ke martensit , sedangkan inti tetap lunak dan keras sebagai feritik dan / atau perlit mikro .

Ø Quenching
Quenching merupakan proses Perlakuan baja yang dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa menjadi austenit dan didinginkan secara cepat (lihat diagram CCT baja karbon rendah). Media pendinginan cepat seperti air, oli, garam , timah cair atau media pendingin lainnya dengan suhu sampai 243 °C (470° F). Tujuan utama perlakuan ini untuk meningkatkan kekerasan baja.








Ø Tempering
      Proses tempering adalah proses transformasi dekomposisi austensit isothermal pada temperatur antara 230° C- 540° C, yaitu pada temperatur pembentukan antara pearlit dan mautensit.
      Perlakuan pemanasan kembali logam baja yang telah dikeraskan (quenching) dengan pencelupan cepat. Suhu pemanasan adalah agak rendah dibawah suhu transformasi eutectoid (lihat diagram fasa biner Fe-C). Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan logam sehingga keuletan (ductility) logam akan naik. Beberapa variabel penting dalam perlakuan temper adalah temperatur, waktu pemanasan dan lain-lain.
berikut langkah – langkah proses tempering :
1.      Pemanasan logam nodular sampai temperatur austensi , yaitu sekitar 815-927 °C.
2.      Menalian temperatur tersebut sampai ± 2 jam.
3.      Melakukan quenching secara cepat untuk menghindari terbentuknya martensite sampai temperatur 232 - 400°C.
4.      Menahan temperatur untuk menghasilkan bainit.
5.      Pendinginan udara pada temperatur kamar



JENIS JENIS PEMBUATAN BESI COR

JENIS-JENIS BESI COR

Baja adalah suatu unsur logam yang keras. BESI TUANG (CAST IRON)
Secara umum Besi Tuang (Cast Iron) adalah Besi yang mempunyai Carbon content 2.5%  4%. Oleh karena itu Besi Tuang yang kandungan karbonnya 2.5% – 4% akan mempunyai sifat MAMPU LASNYA (WELDABILITY) rendah. Karbon dalam Besi Tuang dapat berupa sementit (Fe3C) atau biasa disebut dengan Karbon Bebas (grafit). Perlu di ketahui juga kandungan FOSFOR dan SULPHUR dari material ini sangat tinggi dibandingkan Baja. Ada beberapa jenis Besi Tuang (Cast Iron) yaitu :

·        BESI COR PUTIH (WHITE CAST IRON).
Dimana Besi Tuang ini seluruh karbonnya berupa Sementit sehingga mempunyai sifat sangat keras dan getas. Mikrostrukturnya terdiri dari Karbida yang menyebabkan berwarna Putih. Disebut putih, karena bidang patahan nya berwarna putih, unsur karbon nya terikat sebagai karbida atau disebut juga: karbida bersifat keras, sehingga dikatakan besi cor putih adalah logam yang kurang machinability.
Besi cor putihdibuat dengan cara menuangkan besi cair ke dalam cetakan logam dan dengan mengatur komposisi kimia nya. Misalnya: bila dibutuhkan suatu permukaan yang tahan aus (roda KA, rol untuk menggerus dan pelat untuk Stone Crusher), maka dilakukan pendinginan cepat atau chilled.

·        BESI COR MAMPU TEMPA (MALLEABLE CAST IRON).                                   
Besi Tuang jenis ini dibuat dari Besi Tuang Putih dengan melakukan heat treatment kembali yang tujuannya menguraikan seluruh gumpalan graphit (Fe3C) akan terurai menjadi matriks Ferrite, Pearlite dan Martensite. Mempunyai sifat yang mirip dengan Baja.              Besi cor mampu tempa, dibuat dari besi cor putih yang mempunyai komposisi kimia sebagai berikut: - C       =  (1,75 s/d 2,3) %                    - Fe      =  sisa nya
             - Si       =  (0,85 s/d 1,2) %
             - Mn     =  (kurang dari 0,4 %)
             - P        =  (kurang dari 0,2 %)
             - S        =  (kurang dari 0,12 %)
Pembuatan nya dapat dilakukan pada Dapur Kupola atau Tanur Udara atau ke-2 tanur tersebut sekaligus, sehingga proses nya disebut: duplexs. Hasil nya (benda cor) di simpan didalam pot dan diletakkan didalam dapur anil (annelling/pelunakan) dengan sirkulasi panas yang cukup. Lama nya waktu yang dibutuhkan untuk anil, sekitar 3 s/d 4 hari dengan suhu antara 815 °C s/d 1010 °C. Setelah proses ini selesai, maka karbida besi yang keras akan berubah menjadi nodul grafit temper.
Kekuatan tarik nya sekitar 380 MPa dengan pertambahan panjang maksimum 18 % sebelum putus, daya tahan terhadap beban kejut baik dan cukup machinability, banyak digunakan pada industri KA, otomotif, sambungan pipa dan industri pertanian.

·        BESI COR KELABU (GREY CAST IRON).
Jenis Besi Tuang ini sering dijumpai (sekitar 70% besi tuang berwarna abu-abu). Mempunyai graphite yang berbentuk FLAKE. Sifat dari Besi Tuang ini kekuatan tariknya tidak begitu tinggi dan keuletannya rendah sekali (Nil Ductility).

Tabel 1 : perbandingan daya rentang dan modulus elastisitas dari besi cor abu-abu dengan compacted graphite cast iron

Besi Cor Kelabu
Compacted Graphite
Cast Iron
Daya Rentang, MPa
160-320
300-600
Modulus Elastisitas, GPa
96-110
170-190

Seperti besi cor kelabu, compacted graphite cast iron mempunyai kapasitas kelembaban dan konduktifitas panas yang baik, tetapi sangat sulit untuk dimesin karena mempunyai wide-scale yang terbatas untuk penngunaan CGI. Proses manufaktur yang baru, bagaimanapun, telah membuka jalan yang lebih luas untuk pengaplikasian dari CGI. Pengembangan  rotary insert tool  telah memperpanjang umur dari tool  yang digunakan untuk memesin logam. Sehingga manufaktur yang telah memakai CGI tidak memperdulikan lagi tentang pembelian tool  yang baru [10]. Proyeksi awal dari 150,000 mesin diesel yang telah diproduksi (oleh Ford dan Peugeot) tiap tahun mengindikasikan manufaktur untuk memakai CGI sebagai bahan mencakup seperti bahan blok silinder yang diproduksi .

3.1.3    Paduan Alumunium
            Paduan Alumunium telah populer sejak tahun 1960an sebagai salah satu cara untuk mengurangi keseluruhan bobot kendaraan. Terdapat 2 implikasi: meningkatkan performa rasio bobot dan meningkatkan efisiensi bahan bakar. Kekurangan dari pemakaian alumunium dalam blok mesin akan lebih mahal dalam manufaktur dibanding dengan paduan besi cor. Bagaimanapun, rasio kekuatan bobot dari alumunium sulit untuk diacuhkan, dan pembuatan proses manufaktur telah dikembangkan selama beberapa tahun ini telah memperkecil perbedaan biaya antara alumunium dan besi cor. Terdapat dua paduan alumunium yang banyak dipakai dalam manufaktur blok silinder: 319 dan A356.
            Paduan alumunium 319 mempunyai komposisi 85.8-91.5 wt.% alumunium, 5.5-6.5 wt.% silicon, 3-4 wt.% tembaga, maksimal 0.35 wt.% nikel, maksimal 0.25 wt% titanium, maksimal 0.5 wt% mangan, maksimal 1% besi, maksimal 0.1% magnesium, dan maksimal 1 wt% seng. Paduan ini mempunyai karakteristik baik untuk dicor, resistan terhadap korosi, dan konduktifitas panas. Ketika dipanaskan dengan proses T5, membuat kekuatan dan kekakuan yang tinggi untuk digunakan pada blok mesin.
            Paduan alumunium A356 mempunyai komposisi 91.1-93.3 wt.% alumunium, 6.5-7.5 wt.% silicon, 0.25-0.45 wt.% magnesium, dan maksimal 0.2 wt.% tembaga, 0.2 wt% titanium, 0.2 wt.% besi, dan 0.1 wt.% seng [13]. Sifat mekanik mirip dengan paduan alumunium 319. namun, ketika dipanaskan dengan T6, akan membuat (A356) lebih kuat dari 319. Tabel 2 membandingkan daya rentang  dan modulus elastisitas dari kedua paduan. Dengan catatan modulus elastistas dari A356-T6 lebih rendah bila dibandingkan dengan 319-T5. 

Paduan Alumunium
319-T5
Paduan Alumunium
A356-T6
Daya Rentang, MPa
160-320
300-600
Modulus Elastisitas, GPa
96-110
170-190


·        BESI COR NODULAR (NODULAR CAST IRON).
NODULAR CAST IRON adalah perpaduan BESI TUANG KELABU. Ciri Besi tuang ini bentuk graphite FLAKE dimana ujung – ujung FLAKE berbentuk TAKIK-AN yang mempunyai pengaruh terhadap KETANGGUHAN, KEULETAN & KEKUATAN oleh karena untuk menjadi LEBIH BAIK, maka graphite tersebut berbentuk BOLA (SPHEROID) dengan menambahkan sedikit INOCULATING AGENT, seperti Magnesium atau calcium silicide. Karena Besi Tuang mempunyai KEULETAN yang TINGGI maka besi tuang ini di kategorikan DUCTILE CAST .
Besi cor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya besi cor kelabu, besi cor nodular, besi cor mampu tempa dan besi cor putih. Karena besi cor nodular memiliki sifat yang unik, yaitu bentuk grafitnya yang bulat, kekuatan dan keuletannya menjadi lebih baik. Untuk mendapatkan sifat mekanik yang lebih baik dari besi cor nodular dilakukan proses austempering. Proses austempering adalah proses transformasi yang terjadi secara isothermal, dimana dari proses tersebut akan dihasilkan material austempered ductile iron (ADI).
Material ADI yang dihasilkan dari proses austempering merupakan material dengan kombinasi sifat mekanik yang sangat baik. Keunggulan sifat mekanik tersebut antara lain, sifat ketangguhan (toughness), kekuatan fatik (fatique strength), ketahanan aus (wear resistant), mampu mesin (machinability) dan kekerasan (hardness) yang relatif tinggi. Selain keunggulan sifat mekanik, dari segi harga ADI termasuk logam yang relatif murah.
Karena banyaknya keunggulan – keunggulan yang dimiliki oleh ADI, maka sekarang ini ADI menjadi material yang menjadi pilihan dan banyak digunakan dalam dunia industri, terutama industri yang berhubungan dengan alat transportasi dan mesin – mesin berat (heavy machinery).